Sore itu selasa, 30 April 2013 kendaraan saya dan sekitar melaju pelan kurang lebih 20 km/jam. Dalam lambatnya arus, saya melihat sebuah keluarga berkendara roda dua (motor) di depan kendaraan saya. Motor jenis bebek itu, dikendarai oleh seorang laki-laki yang tak lain adalah kepala rumah tangga dari keluarga itu. Di kendaraan yang sama juga terlihat dua orang anak laki-laki dan seorang istri atau ibu dari anak-anak tersebut. Entah apa alasannya, Sang Ayah (suami) itu mengemplang atau menempeleng kepala sang istri (ibu) yang ada dalam boncengannya *JANGAN DITIRU! Tidak hanya sesekali itu kurang lebih saya melihat ada tiga kali perilaku yang sama diselingi dengan kata-kata umpatan (ksar dan jorok) dengan nada berteriak meluapkan kobaran api amarah.
Ya Tuhan, kasihanilah suami/bapak tersebut. Kendalikan amarahnya yang tidak terkontrol itu. Kasihan istri/ibu dan anak-anaknya. Saya juga perempuan, walaupun saya belum menikah dan mempunyai anak kami (peremuan/wanita) juga manusia biasa yang punya hati dan harga diri. Dengarlah bapak-bapak atau suami-suami yang selalu memecahkan masalah dengan kasar. Lihatlah kami (perempuan/wanita) yang kamu pilih sebagai pendamping hidupmu, yang kamu percayakan untuk mendidik anak-anak kita. Posisikan diri Anda sebagai perempuan/wanita ini, pasti kalian tak sampai hatikan mengetahui kekasaran demi kekasaran seorang pemimpin keluarga. Dimana hati kalian saat itu, pastilah hancur berkeping-keping alias berantakan.
Yang saya lihat ibu itu mencoba mempertahankan air matanya agar tidak tumpah alias meleleh membasahi pipinya. Seakan ia kembali mengingat kebaikan demi kebaikan suaminya, sembari melihat anak-anaknya yang terlalu kecil untuk memahami rasa pahit kehidupan. Dan di saat yang bersamaan suaminya masih terus melancarkan aksi-aksi kasarnya. Kedua anak mereka hanya bisa terdiam dan mungkin berfikir dalam hati. Mengapa ayahnya sekasar itu kepada ibunya? Kenapa ibu tidak membela diri? Aku (anak) belum bisa membela ibu? karena aku takut, ayah semakin marah dan juga melibatkan aku. Ibu, aku berdo'a untukmu. Agar engkau terus dberikan kekuatan, kesabaran, keikhlasan, dan kelapangan dada untuk menghadapi kekasaran ayah. Ya Tuhan,sadarkan ayahku dari amarahnya. Buatlah hati dan pikiranya menjadi dingin, agar bisa berfikir jernih dan tidak semena-mena terhadap ibu. Dan lindungilah keluarga lainya, agar tidak mengaami hal serupa. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar