Sebelum kamu yang tersakiti
Aku lebih dahulu menyakiti diriku sendiri
Sebelum kamu yang menangis, menjerit minta tolong
Aku sudah lebih dahulu sekarat
Dan aku tetap memilih melakukannya
Karena itu yang aku yakini sebagai jalan terbaiknya
Awalanya kita tak kenal
Kemudian jadi terbiasa memperhatikan satu sama lainnya
Tadinya kita biasa saja
Lama-lama kita terbiasa saling mengamati
Sampai akhirnya aku mengabaikanmu
Menganggapmu tak ada
Padahal kamu dihadapanku
Tersenyum manis, hendak menyapaku
Aku berjalan lurus terus tanpa jeda
Memasang muka datar
Bukanlah perkara mudah
Hatiku hancur berkeping-keping
Duniaku seketika runtuh
Tapi aku harus kuat
Jadinya, kini kamu tahan banting
Kamu percaya dengan kekuatanmu sendiri
Kamu menakjubkan, melebihi ekspektasiku
Sekarang aku yang merasa diabaikan
Niatku datang, menemuimu
Bertegur sapa denganmu
Akan tetapi aku tak dianggap
Kamu tersenyum dan menyapaku balik
Semuanya seperti formalitas saja
Datar, hambar dan ambyar
Tak seorang pun memahamimu
Aku seolah mengetahui dan mengerti
Seakan aku tahu
Semua asal muasal ini dari mana
Dari dirimu yang dahulu aku abaikan
Seakan aku mengerti
Aku pernah ada diposisimu
Ya, inilah aku
Aku telah sampai ditahap berkeluarga
Istri satu, anak dua, laki dan perempuan
Duniaku terasa lengkap
Kamu masih sendiri
Menikmati aktivitasmu sehari-hari
Mencoba berbaikan dengan semua lukamu sendiri
Kamu garis dengan sangat jelas
Antara aku dan kamu
Karena kamu menghargai aku
Karena kamu menghormati aku
Karena kamu tahu posisimu
Situasi dan kondisinya berubah drastis
Aku datang bukan untuk memulai sesuatu yang hanya ada di masa lalu
Aku datang hanya untuk menyapa dan mengatakan semuanya baik-baik saja
Selama aku bisa menerima diriku sendiri
Maaf bila kamu yang terluka
Maaf bila kamu yang tak bisa lupa
Maaf bila kamu ada masih menyimpan cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar