Putri anak pertama yang mandiri dan tangguh
Putra anak semata wayang yang terbiasa melakukan segalanya sendiri dan sangat bertanggung jawab atas segala keputusannya
Putri dan Putra berjumpa untuk pertama kalinya
Awalnya biasa saja, teman mereka yang memperkenalkan
Kemudian dalam 3bulan mereka bertemu dalam event bersama
Pertemuan demi pertemuan itu yang membuat mereka merasa familiar
Mulai dari diskusi sederhana sampai pulang bersama
Rasa cinta itu aslinya sudah mulai tumbuh di hati mereka
Mereka berusaha agar tidak terbaca rasa cintanya
Mereka berusaha untuk tetap bersikap biasa
Tak ada yang merasa perlu mengungkapkannya
Putri merasa dia perempuan, dia juga gak yakin Putra punya rasa yang sama dengannya
Putra tahu dia dan Putri punya rasa yang sama, tapi Putra tak tahu harus bagaimana
Putra dan Putri tidak ingin hubungan baik keduanya berakhir
Mereka bukan teman, apalagi sahabat
Mereka hanya saling kenal dan sapa secukupnya saja
Mereka tidak yakin dapat melebihi garisnya masing-masing
Mereka tak ingin mencoba untuk selalu bersama
Memilih diam dan meneruskan perjalanannya sendiri-sendiri
Dalam perjalanan panjanganya mereka belum saling bertemu lagi
Sudah terlalu lama mereka juga tidak komunikasi
Satu keyakinan yang terdalam dan mereka percaya takdir mereka mungkin tercipta tidak untuk bersama
Di saat cinta itu menggebu dalam dada
Mereka memilih untuk saling melepaskan
Seakan kebersamaan yang ada hanya fiktif belaka
Kenyataannya memang menyakitkan
Air mata tak dapat mengubahnya
Perjalanan menjadi pengalih dari kenyataan pahit yang sedang dicoba untuk diterima
Berdamai menjadi sebuah keharusan
Untuk diri yang jauh lebih baik lagi
Pengalaman ini membuat aku tak begitu percaya cinta harus saling memiliki
Terkadang cinta tak harus bersama
Terkadang cinta tak perlu pengorbanan
Yang ada hanya C I N T A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar