Kamis, 20 Oktober 2016

Ini Hidupku

Ini hidupku
Kenapa orang-orang yang dituakan dalam susunan keluarga besarku
Sukanya mengaturku untuk begini dan begitu
Aku dijadikan ujung tombak harapan keluarga begitu katanya
Tapi kok aku merasa seperti kelinci percobaan dari keluarga ini

Okay, sewaktu memilih SMP dan SMK aku memiliki kebebasan yang dapat aku pertanggung jawabkan keilmuannya
Lanjut program sarjana pun aku lalui dengan semaksimal yang aku bisa
Kemudian disuruh lanjut ke jenjang magister aku masih bisa tolelir walaupun agak sedikit terkeok

Ini apa ini, permintaan terakhir dan paling tak masuk dinalar ku adalah sewaktu lulus magister mereka ternyata sudah menyusun pernikahan keluarga ini
Dan mengapa pengantin wanitanya harus aku
Okay, diusiaku saat ini memang usia yang baik untuk menikah dan aku pun memiliki keinginan menikah di tahun ini
Tapi dengan caraku sendiri
Bukan dengan perjodohan seperti zaman siti nurbaya seperti ini
Siti nurbaya itu aja siapa aku gak kenal (hanya sering mengerti ungkapan seperti ini)

Keterlaluan sungguh kalian memaksakan dua orang anak manusia untuk menikah mengikat janji sehidup semati atas nama Tuhan lho ini!!! Bukan perkara sepele

Pengantin pria bernama Danu dia anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Tante Danti dan Om Nunu
Pengusaha muda dengan bisnis yang sudah bisa dibilang shuttle dan hebatnya ia rintis sendiri

Akhirnya aku dan Danu membuat beberapa kesepakatan seperti perjanjian pra-nikah seperti itu
Kita sepakat bertingkah laku seperti layaknya sepasang suami istri di depan halayak, tapi tidak perlu sewaktu di rumah atau pun hanya berdua
Kita biarkan rasa cinta itu tumbuh dengan sendirinya tanpa ada pemaksaan, dan diwaktunya kelak kita baru bisa melakukan hubungan layaknya suami istri apabila masing-masing pihak saling menghendaki
Semua terkait jadwal, agenda, kegiatan dan kegemaran masing-masing wajib saling mengetahui untuk mengantisipasi segala bentuk intervesi
Saling menghargai prinsip masing-masing untuk menikah sekali seumur hidup
Menjaga keutuhan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama
Sekedar marah dan kesal boleh saja, asal jangan sampai lepas dari kontrol mengumbarnya ke sana dan kemari
Masalah rumah tangga adalah sepenuhnya masalah masalah kita
Orang lain apalagi orang tua tidak perlu tahu

Hari pernikahan pun tiba berarti siasat pun dimulai
Hari itu berjalan mulus semua orang terharu dan terpesona dengan suasana romantis yang tercipta
Malam itu aku dan kamu untuk pertama kalinya satu mobil dan satu kamar
Tenang walaupun kita satu ranjang pun tidak ada yang perlu dikhawatirkan

Seminggu berlalu, agenda hanya berkunjung ke rumah keluarga besar
Lelah rasanya harus menjaga sikap dan seolah-olah menjadi orang lain yang lebih bijak

Sebulan berjalan, aku dan kamu mulai berdebat dari sekedar waktu untuk istirahat
Sehari saja tanpa bayang-bayang keluarga besar
Jawabanmu sungguh melukai hati
"Itu sebabnya aku memilih untuk menikahimu dan bukan Nayla"
Aku tahu betapa riweuhnya keluarga besar kita
Tak perlu gunakan mereka sebagai alasannya dunk

Setahun pun bergulir, lagi-lagi keluarga besar sudah tidak tahan untuk tidak mengambil alih masalah keturunan
Kamu dinilai mereka terlalu sibuk dengan urusan bisnismu
Aku dinilai kurang persuasif plus agregif terhadapmu
Mereka menyusun honeymoon untuk kita
Sebuah program khusus untuk memiliki keturunan secara medis pun kita sudah didaftarkan
Mungkin inilah waktunya kita menyerah pada kekerasan hati

Menginjak usia dua tahun pernikahan, rumah tangga kita sudah diramaikan dengan kicauan anak pertama kita
Keluarga jadi lebih sering berukunjung ke rumah

Naik di tahun ketiga pernikahan, aku mulai ribet dengan permasalahan pendidikan anak dan berbagai macam investasi untuk anak kita kedepannya
Kamu menyerahkan semua terkait anak ditanganku
Karena kamu punya tanggung jawab yang lebih besar tentang hajat hidup para karyawanmu
Perusahaanmu semakin maju dan berkembang
Beberapa investor pun tertarik untuk menitipkan sahamnya di pundakmu
Aku sedikit prihatin, kamu tak pernah punya waktu untuk dirimu sendiri

Tahun keempat pernikahan, kamu sibuk dengan pabrik baru di luar pulau
Beberapa gosip pun sering mampir ditelingaku
Anak kita sedang lucu-lucunya dan kamu melewatkan setiap momen tumbuh kembangnya
Kamu yang sibuk mencari dan mengumpulkan uang
Aku dan anak kita yang sibuk mengelola bahkan menghabiskan hasil jerih payahmu itu

Tahun kelima pernikahan, akhirnya badai rumah tangga itu datang
Aku bertemu dengan idolaku waktu SMP diacara reuni
Kamu kepincut dengan mantan terindahmu
Keluarga mulai mencium gelagat mencurigakan dari kita berdua
Dan mereka berhasil menjernihkan diri kita
Bahwa ada buah cinta kita yang menjadi prioritas kita

Tahun keenam pernikahan, aku dan kamu mulai bisa bekerja sama dengan baik membagi waktu untuk anak. Memprioritaskan anak diatas keegoisan yang kita miliki.
Semua waktu pun kalau bisa akan kita curahkan untuk anak.

Tahun ketujuh pernikahan, kita sudah bisa menerima satu sama lain. Mungkin kita sudah sampai dipuncaknya saling mengenal.

Kita berdoa semoga diberikan kesempatan untuk menjadi keluarga yang sakinah mawadda warohmah, amin YRA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar