Jumat, 09 Oktober 2015

Tak Disangka

Ternyata Awan menyalahkan aku
Mempertanyakan kepergianku
Menurutnya aku lari dari kenyataan
Aku yang tidak pernah ada dewasa dimatanya

Awan meyayangkan semua ketulusannya
Awan kecewa terhadapku
Aku tak lagi seperti yang ada dalam pikirnya
Aku bukan Syfa yang dikenalnya

Aku berubah ya, Awan?
Jarak, haruskan ku jadikan itu alasan
Waktu, haruskah aku persalahkan
Kenangan, haruskah dilenyapkan

Awan bilang aku berbeda
Mungkin frekuensi kita tak lagi sama
Awan bilang sulit mengetahui alur bernalarku
Mungkin Awan sudah semakin dewasa

Awan bilang aku tak lagi menjunjung kebijaksanaan
Awan bilang aku menyalah gunakan kebebasan
Kamu berasumsi dari mana asalnya Awan?
Kamu terlalu keras merangkai alasan!

Apabila sudah bosan
Apabila sudah tak tahan
Dan bila sudah tak sepaham
Katakan saja, jangan kebanyakan alasan

Awan, wajahmu yang teduh itu yang ku rindukan
Ada ketenangan saat melihatmu meski dari kejauhan
Awan mesti mentari kadang menyilaukan pandangan
Dan terangnya bulan bintang menyarukan
Memandangmu sungguh tak membosankan

Ceriaku itu yang Awan dambakan
Mengukir asa bersamaku itu yang Awan pernah katakan
Bahagia berdua bersama untuk selamanya tanpa paksaan dan selalu dalam cinta Tuhan itu yang kita inginkan

Tapi mengapa kita tak lagi sejalan
Mengapa kini kita berselisih paham
Dimana kebersamaan dan toleransi kita
Kehangatan, pengertian, dan saling menghormati
Dimana semua janji yang telah diikhlarkan

Kita harus berpisah
Lihat kini, yang kita inginkan adalah sebuah perpisahan
Mungkin kita sudah terlalu lelah
Mulai berdebat terus tanpa arah

Mengapa kita harus bertemu dan berpisah
Kemudian memaksakan sebuah pertemuan kembali, dan hasilnya kita juga yang inginkan berpisah

Kurang baik apa Tuhan sama kita
Kita yang tak ada syukurnya
Mungkin kita terlalu kikir
Atau hati terlalu fakir

Untuk saat ini, biarkanlah semuanya terjadi dan selesai sampai di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar