Jumat, 30 Oktober 2015

Bertengkar Lagi

Dan pertengkaran itu terjadi lagi
Dengan kasar kamu membentakku lagi

"Pengecut hatimu! Mana ada hati yang jalannya normal aja. Ini kehidupan pasti ada naik ada turunnya!! Kenapa hatimu begitu takut untuk merasakan perih dan sakit? Kenapa hatimu sangat takut menjadi patah? Toh hatimu belum sampai  hancur berkeping-keping!!!"

Walaupun aku pecicilan dan mandiri
Aku juga butuh kelembutan dan kehangatan diri
Aku ingin merasa tenang dan damai
Seperti merasakan sebuah perlindungan
Tapi kini kamu telah jauh berberbeda, bukan maksudku membandingkan

"Mengapa sulit bagimu untuk terima kenyataan! Aku dan kamu sudah tidak memiliki hubungan!! Jadi lupakan saja semua kata-kata manisku kemarin!!!"

Kenyataan ini memang sulit untukku terima. Bukan berarti aku kacang yang lupa kulitnya. Ya, aku masih ingat jelas semua kata dan janji manismu. Aku tak bermaksud menagihnya!

"Apa kenyataan ini begitu pahit dan menyakitkan!!! Tapi inilah faktanya! Jangan merengek seperti anak manja lagi. Kamu bukan siapa-siapaku sekarang. Aku sudah lupa semua masa kebersamaan kita. Jadi lupakan saja semua!!!!!"

Ya, kenyataan ini begitu pahit dan rumit. Sedikit sulit untuk aku jalani. But now, sekarang semuanya terasa mudah. Terima kasih telah meninggalkan luka yang membekas. Yang membuatku mati-matian menyembuhkannya!

"Sebegitu bersalahkah aku? Sampai terlanjur banyak orang mengutukki diriku? Sehina itukah aku? Sampai keluargaku sendiri membenciku. Seolah-olah kamu murni sebagai korban! Tak ada orang yang menggubris kesaksianku."

Aku tak menyalahkanmu! Aku juga tidak pernah bermaksud menyakitimu. Apabila dahulu kita salah paham. Mengapa kita tidak saling memaafkan. Saat itu dan detik ini juga sama, aku memaafkan sikapmu yang keras ini. Jangan bilang kamu tak berbuat kesalahan! Kamu membentakku di depan umum, dan memposisikanku sebagai orang yang paling kejam, pernah menyakitimu.

"Percuma kita meluruskan suatu kejadian. Pasti kamu akan membuat alasan dengan kejadian yang lain. Kamu memang pandai bersilat lidah. APA kamu bilang?? Sebuah kesalah pahaman!!!"

Belum cukupkah kamu menorehkan bekas luka untukku? Belum puaskah kamu mempermalukan aku? Belum selesaikah semua permainan yang kamu tujukan kepadaku. Kesabaranku ada batasnya! Tapi aku memilih untuk tidak melukaimu. Melukai hati dan fisikmu. Karena kamu pasti lebih memahami aku.

Aku melambaikan bendera putih, jauh sebelum genderang perang kamu tabuh.
Tapi kamu terus menyerangku, bahkan sampai hari ini.
Tak bisakah kamu memaafkan aku?
Kita harus hidup damai bagaimana pun itu

Cara Tuhan memisahkan jarak dan waktu diantara kita
Inilah yang teradil!
Segera lepaskan segalanya
Membangun diri lebih baik lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar