Hari itu, tepat di depan mataku
Kamu nyata membuktikan ketidak perdulianmu kepadaku
Seperti kamu ingin membuktikan, apabila aku sudah tidak ada kaitannya dengan hidupmu
Aku bukan prioritasmu
Aku tidak penting dan ada artinya lagi untukmu
Hari itu, dia sudah seperti tas jinjingmu saja
Kemana kamu melangkah dia selalu mengikuti langkamu
Dia yang kamu carikan?
Dia yang patuh pada perintahmu
Bahkan saat kita duduk berhadapan
Kamu bisa dengan tenang bermestraan dengannya
Aku cukup ambil hikmahnya, memang aku tak bisa untuk seperti dia
Siapa kamu yang dengan mudah ingin dihormati, disayangi, dan dipahami
Sejauh apa kita bisa saling membatasi ruang gerak yang kita miliki
Aku terlalu biasa hidup mandiri
Aku sulit menjadi wanita yang tak tahu diri
Sekirannya aku tidak sopan, menamparmu dihadapannya
Bukan karena aku cemburu melihatmu dengannya
Anggap saja itu bentuk protesku atas caramu memperlakukan perempuan
Dan aku terima perlakuannya, yang menyiram wajahku dengan air
Dia sungguh mencintaimu
Dia membelamu di depan umum, lepas dari benar dan salahmu
Mungkin kalian pasangan yang serasi
Untung air itu nendinginkan hati
Aku tinggalkan kalian pergi
Malamnya kamu datang menghampiriku
Mempertanyakan semua sikapku
Apa aku tak terima dengan semua perlakuanmu
Apa aku tetap ingin selalu menjadi sang juara
Kenapa aku terlalu manja
Kamu bukan siapa-siapaku lagi sekarang
Itu kenyataannya
Karena kamu bergerak diluar batasku
Aku bisa melampiaskan kemarahanku
Agar kamu mengerti aku tak pernah bermaksud menabuh genderang perang ini
Perang dingin yang kamu cipta...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar