Siang ini, aku menemukan salah satu postingan menarik.
Mengingat posisiku sebagai anak sulung perempuan dari tiga bersaudara (dengan 1 adik laki-laki dan 1adik perempuan), statusku sebagai mahasiswa magister ilmu sosial yang baru saja dinyatakan lulus sidang final, dan usiaku yang menginjak 24,5 tahun bulan ini.
Postingan ini membuatku berintropeksi diri.
Aku yang sedari awal tak ada niat untuk melanjutkan studi sarjanaku, ternyata kini resmi menyandang gelar magister ilmu sosial.
Banyak orang tak percaya, terlebih diriku sendiri
Jangan ditanya bagaimana bisa begini?
Karena aku hanya memegang satu prinsip dalam hidupku; setiap yang berjalan pasti akan sampai pada tujuannya, so tetaplah menjadi pribadi yang baik dimanapun dan kapanpun kamu berada.
Aku termasuk dalam kategori anak yang manja akan tetapi aku terbiasa untuk menghadapi duniaku secara mandiri
Sekuat apapun aku menangis dan menjerit menolak semua kenyataan ini
Sekuat itu pula ayah dan bundaku meyakinkanku bahwa Allah bersamaku
Mereka bukan orang tua yang memanjakan anaknya
Mereka masuk kategori orang tua yang tegas
Prinsip-prinsip hidup mereka masih tradisional dan kuat
Aku selalu kewalahan apabila berada di satu situasi dan kondisi perihal kekinian dengan ortuku
Aku tidak diperkenalkan apalagi diizinkan berpacaran
Aku tidak diperbolehkan pergi berdua dengan teman lawan jenisku
Teman laki-lakiku sampai tidak ada yang berani main ke rumah, kecuali tetangga
Latar belakang militer begitu kuat di dalam keluargaku
Masa kecilku
Ayah dan bunda sibuk bekerja
Sedari subuh sampai magrib tiba
Aku dititipkan di rumah kelurga
Sehingga aku lebih dekat dengan Bude dan Pakdeku di sana
Aku menjadi anak paling kecil mereka
Aku menjadi saudara perempuan satu-satunya dan termuda di rumah tersebut
Hidupku penuh murninya kasih sayang
Masa remajaku
Ayah dan bunda masih sibuk bekerja
Sama saja hanya di waktu subuh dan magrib kami berjumpa
Di rumah ada pembantu yang mengurus kedua adikku
Aku diharuskan mampu mengurus diriku sendiri
Tanpa harus bergantung pada kedua orang tua dan pembantu rumah tangga
Kadar manjaku tetap bertahan
Kemandirianku juga mulai tumbuh
Masa dewasaku
Ayah dan bunda sibuk bekerja serta mengurus rumah tangga
Karena tidak ada lagi pembantu rumah tangga
Adik adik ada dalam dekapan Ayah Bunda
Mereka masih terlalu kecil untuk diminta tolong kesana dan kemari
Sebagai gantinya aku, si anak sulung lah yang sering kesana dan kemari
Bahkan aku harus rela hidup terpisah dari mereka berempat
Aku melanjutkan studi S1 dan S2ku di kota orang
Jaraknya 900km dari rumahku
Suka duka enam tahun aku coba telan sendiri
Yang penting Ayah Bunda bangga dengan prestasi kuliahku
Tanpa terasa usiaku kini sudah matang
Aku siap menerima tantangan
Aku ingin bekerja dengan baik
Aku bermimpi memiliki usahaku sendiri
Aku harap segera bertemu kekasih hati
Hidup bahagia dunia dan akhirat bersama teman sehidup sematiku
Aku juga merindukan hadirnya buah hati bahkan jauh sebelum ini
Aku berusaha agar kelak aku dapat menjadi wanita sejati
Sebagai anak, istri dan ibu yang solehah serta menjadi kebanggaan plus panutan keluarga besarku
Pendidikan Tinggiku Untuk Kamu dan Anak Kita Nanti, Bukan Menyombongkan Diri Padamu
Ada banyak sekali laki-laki yang salah paham terhadap peran dan tugas wanita dalam keluarga. Mereka berpikir untuk apa seorang wanita harus berpendidikan tinggi, karena pada akhirnya tugas mereka hanya bersolek untuk suami, memasak dan melahirkan serta mengurus anak. Padahal lebih dari itu, mengurus seorang anak membutuhkan tenaga ekstra, tidak hanya mengguras tenaga tapi juga pikiran. Walaupun tidak ada sekolah yang secara langsung mengajarkan bagaimana caranya menjadi seorang ibu dan istri yang baik. Tapi lewat pendidikanlah pikiran wanita akan lebih terbuka dan terasah lebih kreatif dalam mendidik anak-anak mereka.
Aku yang Nantinya Mengurus Mereka Seharian Penuh
Dalam berumah tangga, seorang ibu yang akan lebih bertanggung jawab pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Suami biasanya akan terlalu sibuk dengan mencari nafkah dan mengurus pekerjaan diluar rumah, sehingga hampir seluruh kejadian dalam rumah ibu yang akan mengurusnya. Sehingga dalam melakukan tugasnya, seorang ibu haru wanita berpendidikan. Jika tidak, ibu akan kebingungan ketika sang anak menanyakan tugas sekolahnya. Jadi, seorang ibu juga dituntut tidak hanya mengurus tapi membantu anak ketika menemukan masalah.
Jika Kamu Membutuhkan Bantuanku, Aku Akan Membantu Dengan Ilmuku
Banyak wanita sekarang ini yang bekerja dengan alasan ingin membantu suami mencari tambahan nafkah keluarga. Disisi lain, seorang wanita dituntut untuk tetap bisa menunaikan kewajiban utamanya yaitu mengurus anak. Sekali pun harus bekerja, seharusnya wanita memilih pekerjaan yang tidak jauh dari anaknya kelak. Dan dengan ilmu yang sudah dia miliki dia akan memanfaatkannya untuk mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan lumayan, tanpa perlu meninggalkan jauh anak-anaknya.
Dibalik Kesuksesan Seorang Pria, Pasti Ada Wanita Hebat Dibelakangnya
Sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa dibalik pria sukses, pasti ada wanita hebat dibelakangnya. Dan wanita itu adalah istri dari pria tersebut. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih terarah, sementara dari segi kemampuan, mental dan pemikiran juga lebih siap menghadapi pahitnya biduk rumah tangga.
Wanita Berpendidikan Lebih Dewasa dengan Pemikiran Terbuka
Berbeda dengan wanita pada umumnya, wanita berpendidikan tingi lebih dewasa dan mempunyai pemikiran yang terbuka. Dalam membangun rumah tangga pasti akan banyak hambatan dan pertengkaran di dalamnya. Wanita yang cerdas akan mampu meredam pertengkarang tersebut dan lebih mengutamakan komitmen yang dari awal sudah dibangun. Dia tidak akan mudah jatuh hanya karena masalah sepele, apalagi jika dalam hubungan itu sudah ada anak, maka wanita yang cerdas akan berpikir ulang untuk langsung menyelesaikan masalah sepele itu dengan perceraian. Karena dia sadar betul bahwa anak-anaknya hanya akan jadi korban dan menderita.
Menjadi Inspirasi dan Panutan Bagi Anak-anaknya
Anak mana yang tidak akan bangga memiliki orang tua yang cerdas, berpikir terbuka, dan tidak terkungkung oleh rasa takut yang berlebihan. Anak akan terinspirasi oleh sikap orang tuanya (khususnya ibu), bahkan akan berusaha untuk menjadi sama atau bahkan lebih dari orang tuanya. Jadi dengan sendirinya karakter anak akan terbentuk menjadi seorang yang dewasa dan berpendirian teguh. Karena orang tuanya memperlihatkan hal tersebut pada mereka. Anak cendrung meniru kebiasaan orang tuanya.
Wanita Berpendidikan Tahu Cara Terbaik Mengurus Anaknya
Seorang wanita cerdas tidak akan membiarkan dirinya terlalu banyak diurusi oleh orang lain, bukan egois tapi dia tidak ingin menambah kesibukan suaminya yang setiap hari sudah sibuk bekerja. Selain itu, dia akan lebih mengutamakan kepentingan anaknya. Karena memang prioritas utama seorang ibu adalah anak-anaknya. Dia juga punya cara sendiri dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang terampil, sholeh, kreatif dan tidak terlalu memanjakan anak. Tapi juga memberikan kasih sayang yang tak terhingga.
Wanita Berpendidikan Tidak Akan Menyombongkan Dirinya Dihadapan Suami
Pernikahan bukanlah kompetisi antara suami dan istri dalam mencari nafkah atau memperkaya diri, tapi menyatukan 2 insan yang berbeda karakter dan sifat menjadi satu yang utuh. Jadi, bukan untuk menyombongkan diri didepan suami. Tujuan wanita menuntut ilmu hingga ke jenjang yang paling tinggi hanya untuk membahagiakan suami dan bekal mengurus anak-anaknya nanti.
Sehebat-hebatnya wanita cerdas mereka mengetahui bahwa suami adalah imam mereka dan segala perintahnya merupakan kewajiban. Seorang wanita cerdas dan berpendidikan tinggi akan lebih tawadhu’ kepada suami yang derajatnya lebih tinggi dan tidak akan berani membantah suami (selagi suami tidak menyruhnya untuk hal-hal keburukan).